Ada penyebab lain yang memperkuat keputusan evolusioner ini. Lebah pekerja tidak dapat bereproduksi, sehingga tugas utama mereka adalah melayani ratu dan menjaga koloni. Saat mereka mati dalam upaya melindungi koloni, mereka sebenarnya melakukan pengorbanan demi keselamatan generasi berikutnya. Konsekuensi dari kematian setelah menyengat jelas bukanlah hal yang diinginkan, tetapi telah menjadi hasil alami dari evolusi dan adaptasi.
Penjelasan mengenai kematian setelah menyengat ini juga membawa kita pada hal yang lebih menarik mengenai struktur biologis lebah. Alat penyengat lebah sebenarnya adalah modifikasi dari ovipositor, organ yang digunakan oleh serangga betina untuk menyimpan telur. Dalam hal ini, lebah pekerja, yang tidak bertugas untuk bereproduksi, menggunakan alat ini sebagai senjata pertahanan. Hal ini menunjukkan betapa menawannya peran spesifik yang diambil oleh masing-masing individu dalam koloni.
Faktanya, tidak semua lebah mati setelah menyengat. Misalnya, lebah madu betina memiliki kemampuan untuk menyengat berkali-kali tanpa mati karena mereka memiliki alat sengat yang lebih halus dan tidak memiliki barbs yang sama dengan lebah pekerja. Inilah mengapa lebah madu, sebagai contoh, sering kali dapat menyerang beberapa kali dalam pertahanan koloni. Ini menambah kompleksitas dan keunikan perilaku sosial lebah yang patut dicatat.