Mental independence adalah aspek kunci dari berpikir kritis. Ini melibatkan kemampuan seseorang untuk berpikir secara mandiri dan tidak tergantung pada pendapat orang lain. Di era di mana "klik bait" menjadi cara utama orang untuk mendapatkan perhatian, mental independence membantu individu untuk menjadi lebih skeptis terhadap informasi yang beredar. Dengan cara ini, seorang individu dapat melindungi diri dari berita palsu atau informasi yang menyesatkan. Mental independence berfungsi sebagai filter, memungkinkan kita untuk lebih selektif dalam menerima dan membagikan informasi.
Salah satu tantangan lain yang dihadapi dalam konteks berpikir kritis adalah overload informasi. Ketika berbagai sumber informasi datang dari berbagai arah, sering kali sulit untuk memilah informasi mana yang relevan dan mana yang tidak. Berpikir kritis dapat membantu mengatasi masalah ini dengan cara memberikan kerangka kerja untuk mengevaluasi konten yang diterima. Misalnya, dengan menggunakan pertanyaan kritis seperti "Apa bukti yang mendukung klaim ini?" atau "Siapa yang mengeluarkan informasi ini dan apa motivasinya?", individu dapat menyaring fakta dari opini dengan lebih efektif.
Selain itu, pelatihan berpikir kritis dapat menjadi solusi untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh individu dalam menerima informasi. Pendidikan yang mengedepankan berpikir kritis dapat membekali generasi muda dengan alat dan strategi yang dibutuhkan untuk mengelola informasi dengan bijak. Dengan pendekatan ini, anak-anak dan remaja diajarkan untuk tidak hanya menerima informasi, tetapi juga untuk mengevaluasi dan mempertanyakan.