Selain itu, tren belanja ketiga adalah FOPO, yang muncul dari ketakutan individu terhadap pendapat orang lain. Individu bisa terdorong untuk membeli barang atau jasa karena ingin terlihat baik di mata orang lain. Fenomena ini seringkali mendorong individu untuk berbelanja di luar kebutuhan primer mereka.
Tren belanja ini memang menunjukkan adaptasi masyarakat Indonesia terhadap perubahan, terutama selama masa pandemi. Saat pandemi, terjadi peningkatan signifikan dalam pembelian kendaraan bermotor, yang kemudian ikut mendorong meningkatnya kegiatan jalan-jalan setelah pandemi. Ini mencerminkan minat tinggi masyarakat Indonesia terhadap mobilitas dan kegiatan konsumtif, meskipun dalam kondisi ekonomi yang sulit.
Berdasarkan tren-tren belanja ini, dapat disimpulkan bahwa psikologis dan sosial memainkan peran penting dalam keputusan konsumen. Konsekuensi dari tren-tren ini adalah adanya pengaruh yang signifikan terhadap kepribadian konsumen serta keputusan finansial mereka. Hal ini juga menciptakan budaya belanja yang didasari oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhan emosional dan sosial, bahkan di saat kondisi ekonomi yang sulit.
Dalam pandangan Andry Asmoro, melihat harapan ke depan diperkirakan bahwa tren belanja ini akan terus berlanjut, karena telah melibatkan keinginan dan kebutuhan individu dalam kaitannya dengan kecocokan dan status sosial. Memahami tren-tren ini menjadi penting bagi pelaku industri dan peneliti ekonomi untuk dapat mengembangkan strategi yang mempertimbangkan faktor psikologis dan sosial dalam merespons perilaku konsumtif masyarakat Indonesia.