Karakter seperti ini membuat penonton merasa “terhubung” secara emosional. Kita melihat sisi diri kita di dalam mereka entah itu rasa sakit, harapan, kemarahan, atau pencarian jati diri.
3. Dinamika dan Interaksi yang Bikin Baper
Karakter brainrot tidak berdiri sendiri. Mereka biasanya bagian dari dunia atau hubungan yang juga kuat, seperti persahabatan, rivalitas, cinta sepihak, atau bahkan bromance yang bikin fans baper setengah mati.
Interaksi ini menjadi bahan utama bagi fandom untuk membuat fanart, fanfic, edit video, dan teori konspirasi. Inilah yang menciptakan komunitas penggemar yang aktif dan produktif.
Contoh fenomenalnya adalah:
4. Narasi dan Backstory yang Bikin Simpati
Karakter yang sukses secara emosional biasanya punya backstory yang menyayat hati, tragis, atau penuh perjuangan. Unsur ini membuat penggemar ingin "melindungi" atau "memahami" mereka.
Karakter seperti Levi Ackerman (Attack on Titan) yang kehilangan semua orang yang dia sayangi, atau Wanderer (Genshin Impact) yang berkali-kali dikhianati dan dibentuk ulang, memiliki cerita yang membangkitkan empati luar biasa.
Narasi seperti ini membuat karakter terasa nyata, dan sering kali menimbulkan efek “white knight” di kalangan fans keinginan untuk menyembuhkan atau “menyelamatkan” mereka.
5. Eksposur Media Sosial dan Algoritma
Tak bisa dipungkiri, media sosial memegang peran besar dalam menyebarkan karakter brainrot. Semakin sering sebuah karakter muncul dalam FYP TikTok, edit aesthetic Instagram, atau cuplikan emosional di Twitter, semakin besar peluang mereka jadi viral.
Bahkan satu klip berdurasi 7 detik saja bisa memicu gelombang fanbase baru. Dalam hitungan hari, karakter yang sebelumnya tak dikenal bisa jadi pusat perhatian berkat editan fan atau tren meme.