game seringkali dianggap sebagai bentuk hiburan semata, atau bahkan kadang dicap negatif sebagai pemicu kecanduan dan isolasi sosial. Namun, seiring dengan perkembangan teknologi dan pemahaman kita tentang psikologi manusia, muncul sebuah pertanyaan menarik: mungkinkah game punya potensi sebagai alat terapi untuk kesehatan mental? Penelitian dan praktik di beberapa bidang menunjukkan bahwa, dalam konteks tertentu dan dengan pendekatan yang tepat, game memang bisa menjadi bagian dari strategi terapi yang efektif.
Lebih dari Sekadar Hiburan: Game sebagai Alat Bantu
Menganggap game hanya sebagai pengisi waktu luang adalah pandangan yang terlalu sempit. Banyak game modern dirancang dengan mekanik yang melibatkan pemecahan masalah, strategi, kolaborasi, dan adaptasi. Keterampilan-keterampilan ini, yang secara tidak sadar kita latih saat bermain, punya resonansi kuat dengan proses yang dibutuhkan dalam terapi. Lingkungan game yang terkontrol dan relatif aman bisa jadi tempat ideal untuk melatih keterampilan sosial, mengelola emosi, atau bahkan menghadapi situasi yang memicu kecemasan tanpa konsekuensi di dunia nyata.
Sebagai contoh, game yang berfokus pada kolaborasi tim bisa membantu individu dengan kecemasan sosial melatih interaksi dan komunikasi. Game teka-teki atau strategi bisa mengasah kemampuan kognitif dan fokus, yang seringkali terganggu pada kondisi seperti ADHD. Intinya, game menawarkan pengalaman yang interaktif dan engaging, berbeda dengan metode terapi tradisional yang mungkin terasa monoton bagi sebagian orang.