Sri Mulyani juga memberikan proyeksi terkait lifting gas yang diperkirakan bergerak di kisaran 943-1.007 ribu barel setara minyak per hari. Angka tersebut juga di bawah asumsi makro APBN 2024 sebesar 1.033 ribu barel setara minyak per hari.
Dalam konteks ini, prediksi Sri Mulyani terhadap nilai tukar rupiah patut diperhatikan oleh para pelaku pasar. Pasalnya, seiring dengan naiknya nilai tukar rupiah, maka beragam aspek perekonomian akan mengalami dampak. Naiknya nilai tukar rupiah dapat membuat impor menjadi lebih murah namun ekspor menjadi lebih mahal. Dalam hal ini, Sri Mulyani juga perlu memperhatikan kondisi perdagangan luar negeri serta berbagai faktor makroekonomi lainnya yang dapat mempengaruhi realisasi dari prediksinya.
Salah satu faktor yang juga perlu diperhatikan adalah sentimen pasar global terkait dengan kebijakan moneter, geopolitik, dan masalah-masalah eksternal lainnya. Faktor-faktor tersebut dapat memengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah, serta dalam pengembangan prediksi Sri Mulyani, faktor-faktor ini juga seharusnya menjadi perhatian serius.
Sarana yang bisa digunakan untuk memantau nilai tukar rupiah antara lain melalui data dan informasi yang dikeluarkan oleh bank sentral, serta melalui analisis dari lembaga-lembaga riset ekonomi terkemuka. Dalam konteks dalam negeri, peningkatan nilai tukar rupiah juga membutuhkan koordinasi dengan berbagai lembaga terkait untuk memastikan bahwa kebijakan yang diterapkan mendukung stabilitas ekonomi dalam jangka panjang.