Sebelumnya, pasar sempat berharap bahwa The Fed akan segera memangkas suku bunga guna meredam perlambatan ekonomi global. Namun, data ekonomi AS yang terus menunjukkan ketahanan justru membuat bank sentral AS berhati-hati dalam mengambil keputusan.
Ariston menjelaskan bahwa tekanan terhadap rupiah kemungkinan masih berlanjut dalam beberapa hari ke depan, terutama jika dolar AS terus menguat. Selain faktor eksternal, rupiah juga terdampak oleh kondisi dalam negeri, seperti:
- Defisit neraca perdagangan yang masih menjadi perhatian.
- Permintaan dolar yang tinggi dari pelaku pasar untuk kebutuhan impor dan pembayaran utang luar negeri.
- Ketidakpastian politik dan ekonomi di tahun awal pemerintahan baru, yang membuat investor lebih berhati-hati.
Namun, Ariston menambahkan bahwa Bank Indonesia (BI) kemungkinan akan melakukan intervensi di pasar valas untuk menjaga stabilitas rupiah. Selain itu, upaya pemerintah dalam menarik investasi asing dan memperbaiki fundamental ekonomi juga diharapkan dapat memberikan sentimen positif bagi mata uang Garuda.
Dengan pelemahan rupiah yang terus berlanjut, masyarakat disarankan untuk lebih bijak dalam mengelola keuangan, terutama bagi mereka yang memiliki kebutuhan terkait valuta asing, seperti: