Selain itu, retorika politik dalam situasi resesi cenderung dramatik. Politisi biasanya menggunakan istilah-istilah yang memikat, seperti "Visi Ekonomi Maju" atau "Indonesia Emas." Retorika semacam ini berfungsi untuk membangkitkan harapan rakyat akan perbaikan ekonomi, tetapi tidak jarang juga menjadi alat untuk menarik suara. Di saat masyarakat membutuhkan kepastian, mereka mungkin lebih tertarik pada janji-janji manis daripada realitas pahit yang harus dihadapi.
Sementara itu, dalam dunia yang semakin terhubung, fenomena resesi tidak hanya menjadi masalah lokal tetapi juga global. Ketika krisis serupa melanda negara lain, seperti yang terlihat dengan resesi yang dipicu oleh pandemi COVID-19, dampaknya terasa di seluruh dunia. Hal ini memengaruhi daya saing ekonomi Indonesia di pasar internasional. Oleh karena itu, langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah tidak hanya berdampak dalam negeri, tetapi juga harus memperhatikan situasi global yang dinamis.
Ketika program pemulihan ekonomi mulai dijalankan, biasanya muncul harapan baru dalam masyarakat. Namun, semakin lama proses pemulihan berlangsung, semakin besar pula risiko kekecewaan jika janji yang dibuat tidak terpenuhi. Sebuah upaya untuk mengevaluasi efek dari berbagai kebijakan ekonomi yang dipromosikan oleh pemerintah pun penting untuk dilakukan. Dalam banyak kasus, kebijakan ekonomi yang diusulkan dianggap sebagai respons yang lamban terhadap kebutuhan mendesak masyarakat yang tertekan oleh resesi.