Sementara itu, Senior Economist KB Valbury Sekuritas, Fikri C Permana, memproyeksikan pergerakan rupiah hari ini masih berpotensi melanjutkan depresiasi. Ia memprediksi rupiah bisa naik tipis pada level Rp 16.130 hingga Rp 16.270 per dolar AS.
Faktor penopang penguatan rupiah adalah ekspektasi penurunan Fed Funds Rate di FOMC September yang sudah mencapai 100%. Selain itu, kenaikan incoming bids lelang SBSN juga diharapkan akan diikuti dengan minat asing. Pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) juga memengaruhi pergerakan rupiah, terutama terkait dengan stabilitas rupiah dan kebijakan makroprudensial.
Analis pasar uang, Lukman Leong, memperkirakan rupiah akan bergerak datar terhadap dolar AS. Dia menyatakan, "Investor cenderung wait and see menantikan hasil rapat dewan gubernur BI sore ini. Kisarannya berada pada Rp 16.125 hingga Rp 16.225."
Mengacu pada data dan proyeksi dari para pengamat pasar uang, terdapat harapan bahwa nilai tukar rupiah memiliki potensi untuk menguat. Dari sisi ekonomi global, situasi dan kebijakan di negara-negara lain, terutama negara maju seperti Amerika Serikat, turut memengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah. Oleh karena itu, investor dan pelaku pasar uang di Indonesia perlu terus memantau perkembangan situasi global, selain pengumuman dari bank sentral Indonesia, untuk membuat keputusan investasi yang tepat.