Selain dua raksasa ride-hailing tersebut, layanan lain seperti Maxim, inDrive, Anterin, dan Nujek juga menyumbang ke pasar dengan total estimasi nilai transaksi tahunan industri ini sebesar Rp 135,32 triliun atau sekitar Rp 375,89 miliar per hari.
Dampak aksi mogok juga dirasakan pada sektor logistik kecil. Layanan seperti GoSend dan GrabExpress yang biasanya digunakan pelaku usaha mikro untuk pengiriman cepat ikut terganggu. Menurut Anwar, situasi ini berpotensi mencoreng reputasi perusahaan aplikasi jika tidak segera ditangani. “Mitra pengemudi adalah tulang punggung. Ketika mereka merasa tidak dihargai atau tidak mendapat kejelasan penghasilan, maka keberlanjutan model bisnis itu sendiri bisa goyah,” jelasnya.
Tanggapan dari perusahaan aplikasi pun beragam. Public Relation Specialist Maxim Indonesia, Yuan Ifdal Khoir, menyebut bahwa aksi mogok tidak berpengaruh besar terhadap operasional mereka. “Mayoritas mitra kami tetap memilih bekerja demi penghasilan,” ujarnya.