Emisi yang tinggi menjadi salah satu masalah utama dalam industri pertambangan nikel di Indonesia. Hal ini mengakibatkan penurunan daya saing produk nikel Indonesia terutama dibandingkan dengan produk nikel dari negara lain. Dalam upaya mengatasi masalah ini, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah melakukan berbagai langkah untuk menangani permasalahan emisi tinggi dalam industri pertambangan nikel.
Menurut Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Bambang Gatot Ariyono, emisi yang dihasilkan dari proses ekstraksi dan pemurnian nikel di Indonesia masih jauh di atas standar yang ditetapkan, terutama jika dibandingkan dengan negara-negara produsen nikel terbesar, seperti Tiongkok dan Rusia. Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa produk nikel Indonesia kalah saing di pasar internasional.
Dalam hal ini, Bappenas memandang pentingnya untuk mengatasi masalah emisi tinggi ini melalui implementasi teknologi-teknologi ramah lingkungan dalam proses produksi nikel. Nizar Marzuki, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), mengungkapkan pentingnya peran pemerintah dan industri dalam mendorong penggunaan teknologi ramah lingkungan dalam proses produksi nikel. Selain itu, peningkatan kesadaran akan isu lingkungan juga menjadi kunci dalam upaya mengurangi emisi pada industri pertambangan nikel.