Keputusan pemangkasan tenaga kerja Boeing juga mencerminkan situasi yang dihadapi industri kedirgantaraan secara keseluruhan. Perlambatan ekonomi global dan tekanan keuangan berdampak pada berbagai pemain dalam industri ini. Hal ini mengingatkan bahwa lebih banyak lagi PHK dapat terjadi di masa yang akan datang.
Tantangan besar juga dihadapi CEO Boeing, Kelly Ortberg, dalam mengubah kondisi perusahaan yang bermasalah. Perusahaan berusaha keras untuk mencari solusi dalam kebuntuan dengan Asosiasi Mekanik dan Pekerja Dirgantara Internasional. Namun, perundingan tersebut gagal tanpa adanya kejelasan tentang kapan dan bagaimana dapat dilanjutkan.
Sikap keras dari serikat pekerja juga menjadi kendala dalam perundingan. Boeing telah mengajukan dua tawaran kenaikan gaji yang ditolak oleh serikat pabrik perjam di seluruh pantai barat. Mogok kerja yang berlangsung selama sebulan terakhir telah menyebabkan terhentinya produksi dan menipisnya cadangan, yang berdampak negatif pada kinerja perusahaan.
Sebagai hasilnya, saham Boeing turun 1,6% dalam perdagangan setelah jam kerja pada Jumat (11/10/2024). Saham ini mengalami penurunan sekitar 42% sepanjang tahun ini hingga penutupan. Hal ini mencerminkan ketidakstabilan situasi keuangan perusahaan, yang juga mempengaruhi kepercayaan pasar terhadap Boeing.
Lebih lanjut, kinerja keuangan awal Boeing memperlihatkan performa di bawah ekspektasi. Boeing memperkirakan pendapatannya kuartal ketiga sebesar US$17,8 miliar, lebih rendah dari perkiraan Wall Street sebesar US$18,6 miliar. Kerugian bersih sebesar US$9,97 per saham yang mereka alami juga menjadi catatan yang cukup mengkhawatirkan.