Dengan meningkatnya tren digitalisasi dan otomatisasi, sektor pekerjaan juga mengalami pergeseran. Banyak pekerjaan yang dulunya memerlukan gelar sarjana kini lebih mementingkan keterampilan spesifik dan pengalaman langsung. Gen Z kini lebih menyadari bahwa mereka bisa mengembangkan karier tanpa harus terikat pada sistem pendidikan tradisional. Praktik magang dan program OJT memberi kesempatan kepada mereka untuk mendapatkan pengalaman kerja yang sesungguhnya, di mana mereka bisa belajar sambil bekerja dan langsung menerapkan keterampilan yang mereka pelajari dalam lingkungan yang nyata.
Selain itu, ada juga sejumlah Gen Z yang memilih untuk berwirausaha. Dengan semakin mudahnya akses informasi dan teknologi, beberapa dari mereka memutuskan untuk memulai usaha sendiri daripada menunggu gelar akademis sebagai modal untuk bekerja. Mereka memanfaatkan berbagai platform digital untuk menjalankan bisnis, dari e-commerce hingga konten kreator, yang memberikan potensi penghasilan yang menarik. Ini menunjukkan bahwa pilihan hidup dan karier Gen Z semakin beragam dan fleksibel, serta mencerminkan perubahan nilai yang ada dalam masyarakat.
Sikap Gen Z ini juga mencerminkan dorongan untuk menjadi lebih mandiri dan mengambil kendali atas masa depan mereka. Mereka tidak lagi terikat pada norma-norma yang sebelumnya mengharuskan setiap orang untuk memiliki gelar sarjana untuk mendapatkan pekerjaan yang baik. Ketidakpuasan terhadap sistem pendidikan tradisional, ditambah dengan keinginan untuk mengasah keterampilan yang relevan dengan kebutuhan industri, mendorong mereka untuk mencari alternatif pendidikan yang lebih sesuai dengan kebutuhan serta aspirasinya.