1. Sektor Hiburan dan Event: Konser virtual, festival seni, dan acara olahraga digital kini bisa menampung audiens global tanpa batasan fisik. Artis bisa menjual tiket, merchandise, atau bahkan pengalaman interaksi unik dalam bentuk NFT. Ini membuka aliran pendapatan baru dan cara berinteraksi dengan penggemar yang lebih imersif.
2. Sektor Ritel dan Mode: Merek-merek fashion besar sudah mulai menjual pakaian virtual untuk avatar. Pengguna bisa membeli jaket digital mewah atau sepatu edisi terbatas untuk dipakai oleh avatar mereka di lingkungan virtual. Selain itu, ada juga konsep phygital, di mana pembelian barang virtual memberikan hak kepemilikan versi fisiknya, atau sebaliknya.
3. Sektor Properti dan Real Estat: Tanah virtual menjadi salah satu komoditas paling panas di metaverse. Investor bisa membeli sebidang tanah, membangun properti virtual di atasnya, dan menyewakannya untuk acara atau toko. Transaksi properti virtual ini bisa mencapai jutaan dolar, menunjukkan bagaimana aset non-fisik bisa memiliki nilai pasar yang sangat nyata.
4. Sektor Pendidikan dan Pelatihan: Metaverse bisa menjadi platform untuk pembelajaran yang lebih interaktif dan menarik. Mahasiswa kedokteran bisa berlatih operasi virtual, sementara insinyur bisa merancang dan menguji model produk di lingkungan 3D yang imersif. Ini membuka peluang bagi institusi pendidikan untuk menawarkan pengalaman belajar yang tidak terbatas oleh jarak.
Tantangan dan Hambatan di Depan Mata
Meski potensinya luar biasa, Metaverse Economy masih menghadapi berbagai tantangan. Salah satu yang paling besar adalah masalah interoperabilitas. Saat ini, sebagian besar metaverse adalah ekosistem tertutup, di mana aset yang dimiliki di satu platform tidak bisa digunakan di platform lain. Ini seperti memiliki mata uang yang hanya berlaku di satu negara saja. Agar ekonomi ini benar-benar matang, perlu ada standar universal yang memungkinkan aset dan identitas pengguna bergerak bebas di berbagai metaverse.