Di tengah dominasi perusahaan Tiongkok dalam industri nikel Indonesia, sedikit sekali perusahaan asing yang bukan berasal dari Tiongkok yang beroperasi di sektor ini. Contohnya, Vale Indonesia telah menjalin kerjasama dengan produsen mobil Ford dalam investasi di pabrik peleburan nikel, dan tengah dalam pembicaraan dengan Stellantis tentang investasi di pabrik peleburan lainnya. Huayou Cobalt dari Tiongkok pun menjadi mitra dalam kedua proyek tersebut.
Diskusi terkait penurunan saham perusahaan Tiongkok ini juga terkait dengan rencana aksi yang dibicarakan antara Presiden AS Joe Biden dan pemimpin Indonesia, Joko Widodo, saat pertemuan mereka di Washington. Namun, anggota parlemen AS telah mengekspresikan kekhawatiran atas pendekatan perusahaan Tiongkok di Indonesia dan dampak lingkungan dari aktivitas penambangan dan pemrosesan nikel.
Jose Fernández, Wakil Menteri Luar Negeri AS untuk Pertumbuhan Ekonomi, Energi, dan Lingkungan, menyatakan bahwa diskusi ini merupakan langkah positif, dan bahwa pihak AS ingin mendorong lebih banyak perusahaan dari Amerika Serikat dan negara lain untuk berinvestasi di industri mineral penting di Indonesia.
Namun, menurut analis kebijakan utama dan geopolitik di BMI, Bryan Bille, Indonesia akan menghadapi tantangan dalam memenuhi persyaratan Undang-Undang Pengurangan Inflasi (IRA) karena dominasi kehadiran perusahaan Tiongkok. Dia juga menambahkan bahwa dengan tengahnya masa kampanye pemilu dan penolakan domestik sebelumnya, perjanjian perdagangan antara AS dan Indonesia tidak akan terjadi dalam waktu dekat.