Sementara itu, dampak dari PHK terhadap industri manufaktur sepatu juga tidak bisa dianggap enteng. Kehilangan 233 karyawan berpengalaman bisa berdampak pada produktivitas dan kualitas produksi pabrik. Selain itu, hal ini juga bisa menciptakan ketidakpastian di antara pekerja lainnya, yang mungkin merasa cemas akan nasib mereka di masa depan.
Kasus PHK ini juga mengingatkan kita pada pentingnya perlindungan hak-hak pekerja dalam industri manufaktur. Perlindungan yang kuat terhadap pekerja akan menjadi pagar pertahanan bagi mereka di tengah turbulensi ekonomi dan pasar. Sistem jaminan sosial yang solid, perlindungan terhadap hak sindikasi, dan keadilan dalam penyelesaian perselisihan kerja sangat penting untuk menjamin keadilan bagi para pekerja.
Di sisi lain, perusahaan juga perlu mempertimbangkan pendekatan yang lebih bijaksana dalam menghadapi perubahan pasar. Upaya restrukturisasi dan efisiensi operasional harus dilakukan dengan mempertimbangkan dampak sosialnya terhadap karyawan dan keluarga mereka. Investasi dalam pelatihan ulang, program penempatan kerja, atau program bantuan bagi karyawan yang terkena PHK bisa menjadi langkah-langkah yang memperlihatkan tanggung jawab sosial perusahaan.
Kisah 233 karyawan pabrik sepatu Bata di Purwakarta yang terkena PHK menjadi cerminan dari kompleksitas hubungan antara perusahaan, pekerja, dan tuntutan pasar. Perubahan pasar dan keputusan bisnis tidak selalu harus berujung pada penderitaan bagi para pekerja. Keadilan dan kemanusiaan perlu senantiasa ditempatkan pada posisi yang setara dengan pertimbangan bisnis. Hanya dengan demikian, keberlangsungan industri manufaktur dan kesejahteraan pekerja bisa tercapai secara seimbang.