"Saya tidak pernah sekolah tinggi, tetapi saya ingin mendukung para mahasiswa agar mereka dapat terus belajar," ucapnya. "Saya ingin menabung lebih banyak, tapi karena usia saya yang sudah tua, saya memilih untuk menyumbangkan apa yang sudah saya simpan selama ini."
Tak hanya itu, ia juga menyatakan kepercayaannya bahwa Universitas Kyung Hee akan menggunakan dana tersebut secara adil dan transparan, meskipun ia sendiri bukan alumni dari kampus itu, begitu pula dengan anak-anaknya.
Kepercayaan itu bukan sesuatu yang datang begitu saja. Di usia senja, wanita ini tentu memiliki insting kuat dalam menilai karakter sebuah institusi. Ia memilih Universitas Kyung Hee karena percaya bahwa kampus tersebut memiliki tanggung jawab moral yang tinggi untuk membantu mahasiswa yang memang benar-benar membutuhkan bantuan finansial.
Dana untuk Mahasiswa yang Berjuang
Dana sebesar 50 juta won yang ia sumbangkan akan dialokasikan sepenuhnya sebagai beasiswa untuk mahasiswa kurang mampu secara ekonomi. Ini adalah langkah konkret untuk memperluas akses pendidikan dan meringankan beban biaya hidup serta biaya kuliah, terutama di masa di mana pendidikan semakin mahal dan kompetitif.
Universitas Kyung Hee sendiri menyambut hangat niat mulia tersebut dan menyatakan bahwa dana itu akan disalurkan secara transparan dan bertanggung jawab. Mereka menyebut bahwa semangat dari sumbangan ini akan menjadi inspirasi, tidak hanya bagi mahasiswa penerima beasiswa, tetapi juga bagi masyarakat luas untuk lebih peduli pada pentingnya akses pendidikan yang merata.
Refleksi dan Pelajaran Sosial: Makna Kebaikan yang Tak Terlihat
Apa yang dilakukan nenek ini adalah simbol kekuatan kebaikan diam-diam, yang sering kali luput dari perhatian publik. Di saat dunia sering mengagungkan aksi-aksi viral dan pencitraan di media sosial, tindakan wanita ini hadir tanpa embel-embel pencapaian pribadi. Ia tidak mencari popularitas, bahkan menolak disebutkan namanya, karena menurutnya bantuan itu adalah bentuk pengabdian yang ikhlas.