Fenomena "bapak rumah tangga" atau "ayah penuh waktu" sedang marak terjadi di China, menghadirkan perubahan signifikan terhadap norma sosial yang telah lama terwujud. Fenomena ini menunjukkan adanya pergeseran dan menentang tradisi patriarki yang sudah mengakar. masyarakat China, di mana lebih dari separuh pria setuju untuk menempuh peran baru sebagai bapak rumah tangga.
Pada dekade terakhir, China telah menyaksikan pertumbuhan pesat dalam tren "bapak rumah tangga". Menurut data resmi, lebih dari 60% pria di China telah setuju untuk meninggalkan pekerjaan mereka demi memfokuskan peran sebagai orang tua penuh waktu di rumah. Hal ini menjadi perubahan besar di tengah budaya yang tadinya didominasi norma patriarki yang kental.
Pendiri platform konseling psikologis daring di China, Pan Xingzhi mengatakan, fenomena bapak rumah tangga terjadi bersamaan dengan pengakuan hak dan akses pendidikan tinggi bagi perempuan di Negeri Tirai Bambu itu.
Faktor utama di balik fenomena ini adalah perubahan peran gender dalam masyarakat China. Dengan semakin banyaknya wanita yang sukses dalam karier profesional, banyak pasangan telah sepakat untuk mengubah dinamika keluarga mereka. Banyak dari pria yang lebih menyukai peran sebagai pengasuh di rumah, sementara pasangannya mencari peluang karier yang lebih besar di luar rumah. Hal ini menunjukkan bahwa konsep "bapak rumah tangga" tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang tabu, melainkan menjadi pilihan yang dihargai.