Dalam kancah filosofi modern, tidak banyak aliran pemikiran yang mampu mengguncang dan menantang pandangan kita tentang keberadaan seperti Eksistensialisme. Aliran ini, yang berkembang pesat pada abad ke-19 dan ke-20, bukanlah sekadar teori abstrak, melainkan sebuah refleksi mendalam tentang pengalaman manusia yang fundamental. Eksistensialisme menempatkan kebebasan individu pada inti keberadaan, menyoroti tanggung jawab yang tak terhindarkan yang datang bersamanya, dan memaksa kita untuk menghadapi pencarian makna dalam dunia yang pada dasarnya acuh tak acuh.
Eksistensi Mendahului Esensi: Sebuah Paradigma Baru
Pilar utama pemikiran eksistensialisme, yang dipopulerkan oleh Jean-Paul Sartre, adalah gagasan bahwa "eksistensi mendahului esensi." Ini berarti bahwa manusia pertama-tama ada (eksistensi), dan setelah itu, kita mendefinisikan diri kita sendiri melalui pilihan dan tindakan kita (esensi). Berbeda dengan pandangan tradisional yang percaya bahwa manusia diciptakan dengan sifat atau tujuan yang sudah ditentukan sebelumnya (misalnya, esensi ilahi), eksistensialis berpendapat bahwa kita lahir tanpa esensi. Kita adalah "kertas kosong" yang harus kita tulis sendiri.
Konsekuensi dari ini adalah kebebasan individu yang absolut. Jika tidak ada esensi bawaan atau cetak biru ilahi, maka kita sepenuhnya bebas untuk menjadi apa pun yang kita pilih. Tidak ada yang mendikte jalan hidup kita, tidak ada Tuhan, tidak ada takdir, tidak ada sifat manusia universal yang mengikat. Kebebasan ini, meskipun membebaskan, juga membawa beban yang luar biasa.
Beban Kebebasan dan Kutukan Tanggung Jawab
Dengan kebebasan absolut datanglah tanggung jawab yang mutlak pula. Karena kita adalah satu-satunya yang menciptakan esensi kita, kita sepenuhnya bertanggung jawab atas setiap pilihan, tindakan, dan bahkan ketidak-tindakan kita. Sartre menyebutnya sebagai "kutukan kebebasan" (atau "dikutuk untuk bebas"). Ini bukan sekadar tanggung jawab personal; setiap pilihan yang kita buat adalah pilihan untuk seluruh umat manusia, karena kita memilih nilai-nilai yang kita yakini harus berlaku secara universal.