Tampang

Pemikiran Existensialisme: Kebebasan, Tanggung Jawab, dan Pencarian Makna

1 Jun 2025 09:57 wib. 26
0 0
Ilustrasi manusia yang sedang memikul beban hidup
Sumber foto: pinterest

Dalam kancah filosofi modern, tidak banyak aliran pemikiran yang mampu mengguncang dan menantang pandangan kita tentang keberadaan seperti Eksistensialisme. Aliran ini, yang berkembang pesat pada abad ke-19 dan ke-20, bukanlah sekadar teori abstrak, melainkan sebuah refleksi mendalam tentang pengalaman manusia yang fundamental. Eksistensialisme menempatkan kebebasan individu pada inti keberadaan, menyoroti tanggung jawab yang tak terhindarkan yang datang bersamanya, dan memaksa kita untuk menghadapi pencarian makna dalam dunia yang pada dasarnya acuh tak acuh.

Eksistensi Mendahului Esensi: Sebuah Paradigma Baru

Pilar utama pemikiran eksistensialisme, yang dipopulerkan oleh Jean-Paul Sartre, adalah gagasan bahwa "eksistensi mendahului esensi." Ini berarti bahwa manusia pertama-tama ada (eksistensi), dan setelah itu, kita mendefinisikan diri kita sendiri melalui pilihan dan tindakan kita (esensi). Berbeda dengan pandangan tradisional yang percaya bahwa manusia diciptakan dengan sifat atau tujuan yang sudah ditentukan sebelumnya (misalnya, esensi ilahi), eksistensialis berpendapat bahwa kita lahir tanpa esensi. Kita adalah "kertas kosong" yang harus kita tulis sendiri.

Konsekuensi dari ini adalah kebebasan individu yang absolut. Jika tidak ada esensi bawaan atau cetak biru ilahi, maka kita sepenuhnya bebas untuk menjadi apa pun yang kita pilih. Tidak ada yang mendikte jalan hidup kita, tidak ada Tuhan, tidak ada takdir, tidak ada sifat manusia universal yang mengikat. Kebebasan ini, meskipun membebaskan, juga membawa beban yang luar biasa.

Beban Kebebasan dan Kutukan Tanggung Jawab

Dengan kebebasan absolut datanglah tanggung jawab yang mutlak pula. Karena kita adalah satu-satunya yang menciptakan esensi kita, kita sepenuhnya bertanggung jawab atas setiap pilihan, tindakan, dan bahkan ketidak-tindakan kita. Sartre menyebutnya sebagai "kutukan kebebasan" (atau "dikutuk untuk bebas"). Ini bukan sekadar tanggung jawab personal; setiap pilihan yang kita buat adalah pilihan untuk seluruh umat manusia, karena kita memilih nilai-nilai yang kita yakini harus berlaku secara universal.

<123>

#HOT

0 Komentar

Belum ada komentar di artikel ini, jadilah yang pertama untuk memberikan komentar.

BERITA TERKAIT

BACA BERITA LAINNYA

11 Cara Memutihkan Gigi Secara Alami
0 Suka, 0 Komentar, 25 Apr 2018

POLLING

Dampak PPN 12% ke Rakyat, Positif atau Negatif?