Saat mendengar kata "unta", banyak orang mungkin langsung membayangkan gurun pasir di Timur Tengah atau Afrika Utara. Namun, kenyataan yang mencengangkan justru terjadi di belahan bumi selatan: Australia menjadi negara dengan populasi unta liar terbanyak di dunia. Fakta unik ini bahkan tercatat resmi dalam Guinness Book of Records.
Meskipun jumlah total unta di Australia mungkin tidak sebanyak di negara-negara Timur Tengah seperti Arab Saudi atau di Afrika seperti Sudan dan Somalia, ada perbedaan besar dalam cara hewan ini hidup. Di negara-negara Timur Tengah dan Afrika, unta merupakan bagian penting dari budaya dan ekonomi. Mereka dijinakkan dan digunakan sebagai alat transportasi, sumber makanan, hingga sebagai bagian dari tradisi masyarakat. Sebaliknya, di Australia, unta hidup bebas sebagai hewan liar dan kini justru menjadi sumber masalah lingkungan.
Asal Usul Unta di Negeri Kanguru
Bertentangan dengan anggapan umum, unta bukanlah spesies asli Australia. Mereka tidak berevolusi di benua tersebut dan tidak masuk secara alami. Unta berasal dari wilayah utara Amerika jutaan tahun lalu dan bermigrasi ke Asia melalui jembatan darat di Selat Bering. Di Asia dan Afrika, mereka beradaptasi dengan baik dan menyebar ke berbagai wilayah. Namun, karena tidak bisa menyeberangi garis geografis seperti Garis Wallace atau bersembunyi di kapal seperti tikus atau kucing, unta tidak pernah mencapai Australia secara alami.
Kehadiran unta di Australia dimulai saat masa kolonial Inggris. Unta dibawa ke sana sebagai alat bantu transportasi, khususnya dalam proyek besar pembangunan jalur telegraf yang membelah gurun Australia. Karena lanskap Australia yang kering dan keras, unta sangat cocok dijadikan kendaraan. Untuk mengoperasikan hewan-hewan ini, pemerintah kolonial mempekerjakan para pengendara unta dari kawasan Asia Selatan, terutama dari wilayah yang kini dikenal sebagai Afghanistan dan Pakistan.