Dataran Tinggi Tibet, yang sering dikenal sebagai "Atap Dunia", merupakan sebuah kawasan yang menarik perhatian banyak pelancong. Terletak di jantung Asia, daerah ini dipenuhi oleh rangkaian pegunungan yang megah dan budaya yang kaya.
Tak heran jika banyak wisatawan menjadikan Tibet sebagai salah satu destinasi impian. Namun, di balik keindahan alam yang menakjubkan ini, terdapat alasan kuat mengapa pesawat komersial cenderung menghindari wilayah ini saat menjadwalkan rute penerbangan mereka.
Menurut sumber terpercaya seperti Travel Leisure, ada dua alasan utama yang menjelaskan fenomena ini. Pertama adalah luasnya wilayah Dataran Tinggi Tibet itu sendiri, dan kedua adalah tingginya ketinggian pegunungan di kawasan tersebut beserta risiko turbulensi yang menyertainya. Mari kita telusuri lebih dalam masing-masing aspek ini.
Luas wilayah Dataran Tinggi Tibet sangatlah mencengangkan. Berdasarkan data dari NASA dan Survei Geologi Amerika Serikat, luas area ini mencapai 465 ribu mil persegi, yang setara dengan sekitar 1.204.344 kilometer persegi. Ini menjadikan Dataran Tinggi Tibet hampir empat kali lipat lebih besar dibandingkan dengan negara bagian Texas di Amerika Serikat. Dengan luas yang sedemikian besar, wilayah ini tentu memiliki topografi yang bervariasi, mulai dari dataran tinggi yang datar hingga puncak gunung yang menjulang tinggi.
Fakta menarik lainnya adalah ketinggian Dataran Tinggi Tibet yang juga tak kalah menakjubkan. Rata-rata, ketinggian daerah ini mencapai sekitar 14.800 kaki (sekitar 4.500 meter) di atas permukaan laut. Salah satu puncaknya, Gunung Everest, dikenal sebagai gunung tertinggi di dunia dengan ketinggian mencapai 29.029 kaki (8.848 meter). Semua ini berkontribusi pada citra dataran tinggi dengan ketinggian ekstrem yang ditawarkan oleh wilayah ini, yang semakin mengukuhkan sebutannya sebagai "atap dunia."