Kuasa ingatan juga berperan dalam preferensi cuaca. Banyak orang memiliki kenangan indah yang terasosiasi dengan cuaca hujan, seperti saat berkumpul dengan keluarga atau teman sambil menikmati secangkir cokelat panas saat hujan di luar. Kenangan-kenangan ini membentuk persepsi positif terhadap hujan, sehingga mereka lebih cenderung merasa bahagia saat menghadapi cuaca mendung dan hujan. Dalam konteks psikologi manusia, emosi yang positif ini dapat memperkuat preferensi untuk cuaca yang lebih gelap.
Keindahan alam saat hujan juga dapat memengaruhi preferensi. Hujan sering kali memberikan kehidupan baru bagi pemandangan alam, membuat warna dedaunan dan bunga menjadi lebih cerah dan segar. Hal ini dapat menciptakan suasana yang lebih indah dan menawan bagi beberapa orang. Melihat embun di atas daun atau genangan air yang menciptakan refleksi dapat menambah pengalaman emosional yang mendalam. Keindahan yang muncul akibat hujan bisa sangat menawan, menjadi salah satu daya tarik bagi mereka yang lebih menyukai cuaca ini.
Sebaliknya, cuaca cerah, meskipun memiliki keunggulannya sendiri, juga dapat menyebabkan tekanan dan ketidakpuasan bagi beberapa individu. Ketika matahari bersinar terang, ada harapan yang muncul akan aktivitas luar ruangan, namun ada juga tekanan untuk melakukan banyak hal. Ini bisa merasa menyesakkan bagi mereka yang lebih menghargai waktu untuk bersantai dan merenung. Dalam konteks ini, hujan membuka peluang untuk melambat dan menikmati momen, dibandingkan dengan kebutuhan untuk "menjadi produktif".