Senin malam, 19 Agustus 2024, langit di seluruh dunia menjadi saksi dari fenomena langka yang disebut "Super Blue Moon". Fenomena ini tidak hanya menarik perhatian masyarakat umum, tetapi juga para ahli astronomi dan astrofisika. Badan Penerbangan dan Antariksa (NASA) telah memberikan informasi terperinci mengenai kejadian langka ini, sementara ahli dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Thomas Djamaluddin memberikan penjelasan mendalam untuk memahami keajaiban alam ini.
Super Blue Moon akan mencapai puncak iluminasinya pada Selasa (20/8/2024) pukul 01.25 WIB dini hari. Super Blue Moon sendiri merupakan peristiwa langka di mana bulan berada dalam posisi penuh (full moon) dan berjarak sangat dekat dengan Bumi, sehingga terlihat lebih besar dan lebih cerah dari biasanya. Fenomena ini hanya terjadi sekali setiap beberapa tahun, sehingga tidak mengherankan jika antusiasme masyarakat terhadap kejadian ini sangat tinggi.
Menurut NASA, fenomena Super Blue Moon muncul karena adanya dua faktor. Pertama, bulan berada dalam fase penuh (full moon) dan kedua, bulan berada dalam jarak terdekat dengan Bumi, yang disebut sebagai perigee. Kombinasi dari dua faktor ini menciptakan penampilan bulan yang istimewa dan mengagumkan.Istilah tersebut populer di Amerika Serikat karena terkait dengan tradisi dan sejarah dalam memandang Bulan purnama.