“Gas sudah dua minggu ini langka, sudah coba cari ke beberapa tempat, tapi tidak ada. Saya terpaksa masak dengan kayu bakar. Rasanya memang beda, tapi mau bagaimana lagi,” kata Oom Rahmah dengan penuh keluhan.
Kelangkaan gas ini juga dirasakan oleh warga lainnya yang lebih memilih untuk menggunakan kayu bakar karena lebih mudah didapatkan. Beberapa dari mereka bahkan mengeluh tentang peningkatan biaya yang harus mereka tanggung akibat lebih banyak mengandalkan kayu bakar, yang kini harganya juga mulai merangkak naik.
Penyebab utama kelangkaan gas elpiji 3 kg ini diduga karena ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan. Pihak Pertamina sendiri belum memberikan penjelasan yang memadai mengenai keterlambatan pasokan gas, meskipun masyarakat telah berulang kali mengadu kepada pihak berwenang. Sementara itu, akibat kelangkaan ini, banyak warga yang terpaksa mencari bahan bakar alternatif, yang tentunya mengganggu aktivitas sehari-hari mereka, termasuk para pedagang dan ibu rumah tangga.
Selain itu, kelangkaan gas bersubsidi ini juga memberikan dampak ekonomi yang cukup besar, terutama bagi kalangan menengah ke bawah yang sangat bergantung pada subsidi pemerintah. Banyak yang terpaksa mencari cara-cara alternatif yang lebih mahal dan tidak efisien.