Film dokumenter sosial memiliki kekuatan untuk membuka mata kita terhadap berbagai isu yang sering kali terlupakan atau diabaikan. Melalui lensa yang jujur dan mendalam, film-film ini mampu menggugah kesadaran kita tentang realitas kehidupan yang keras, penuh perjuangan, namun juga menginspirasi. Dari isu kemiskinan, ketidakadilan, hingga krisis lingkungan, film dokumenter sosial menyoroti berbagai aspek kehidupan yang memerlukan perhatian dan aksi nyata.
Salah satu film dokumenter sosial yang patut mendapat perhatian adalah "13th" karya Ava DuVernay. Film ini mengulas tentang sejarah panjang rasisme dan ketidakadilan dalam sistem peradilan pidana Amerika Serikat. "13th" menggambarkan bagaimana Amandemen Ketigabelas Konstitusi AS, yang menghapus perbudakan, memiliki celah yang memungkinkan eksploitasi orang Afrika-Amerika melalui sistem penjara. Melalui wawancara dengan aktivis, politisi, dan akademisi, film ini menggambarkan bagaimana rasisme sistemik terus berlangsung hingga saat ini.
Kemudian ada "An Inconvenient Truth," sebuah film dokumenter yang mengangkat isu perubahan iklim. Dipandu oleh mantan Wakil Presiden AS, Al Gore, film ini memberikan gambaran yang jelas tentang dampak manusia terhadap pemanasan global dan pentingnya tindakan segera untuk menyelamatkan planet ini. "An Inconvenient Truth" berhasil menggugah kesadaran global dan memicu berbagai gerakan lingkungan di seluruh dunia.
Tak kalah penting, film "The Act of Killing" yang disutradarai oleh Joshua Oppenheimer, memberikan perspektif yang mengejutkan tentang genosida di Indonesia pada tahun 1965-1966. Film ini unik karena para pelaku genosida tersebut diminta untuk memperagakan kembali aksi-aksi mereka dalam bentuk drama dan film. Hasilnya adalah sebuah dokumenter yang mengerikan namun sangat menggugah, membuka mata kita tentang kejahatan yang sering kali dilupakan atau ditutupi oleh sejarah resmi.
