Cuaca abad tengah merupakan salah satu aspek menarik yang sering menjadi perdebatan di kalangan sejarawan dan ilmuwan. Dalam periode yang berlangsung dari sekitar abad ke-5 hingga abad ke-15, cuaca dan iklim mengalami variasi yang cukup signifikan, mempengaruhi kehidupan masyarakat pada waktu itu. Meskipun banyak mitos dan cerita rakyat yang berkembang mengenai cuaca pada masa itu, bukti ilmiah modern mulai menggali lebih dalam dan memberikan wawasan yang lebih jelas tentang perubahan iklim di era tersebut.
Selama abad pertengahan, terjadi beberapa peristiwa iklim yang ekstrem yang menjadi bagian dari sejarah alam. Salah satu fenomena yang paling teruji adalah "Masa Hangat Abad Pertengahan," yang diperkirakan terjadi antara tahun 950 hingga 1250. Selama periode ini, sebagian besar Eropa menikmati musim panas yang hangat dan kering, yang mendukung pertanian dan meningkatkan produksi. Petani dapat menanam lebih banyak hasil pertanian, membawa keuntungan ekonomi yang signifikan bagi banyak komunitas.
Namun, perubahan iklim ini tidak bertahan selamanya. Menjelang akhir abad ke-13 hingga awal abad ke-14, Eropa memasuki periode dingin yang dikenal sebagai "Kecil Era Es." Perubahan ini membawa cuaca yang sangat ekstrem, dengan musim dingin yang panjang dan beku, serta musim panas yang tetap sejuk dan basah. Akibatnya, hasil pertanian menurun drastis, menyebabkan kelaparan dan krisis sosial yang berlangsung di banyak wilayah Eropa. Salah satu dampak paling nyata dari cuaca ekstrem ini adalah Bencana Kelaparan Besar tahun 1315-1317, yang menyebabkan jutaan orang meninggal akibat kekurangan pangan dan epidemi penyakit.