Meski teknologi dan industri berkembang pesat, perhatian terhadap dampak lingkungan tidak mendapatkan cukup sorotan. Di banyak negara, pertumbuhan ekonomi dan kemajuan teknologi sering kali diprioritaskan dibandingkan dengan pelestarian lingkungan. Sebagian besar pengusaha dan industri tidak menyadari bahwa emisi karbon yang mereka hasilkan membawa konsekuensi serius bagi masa depan planet kita. Oleh karena itu, meskipun revolusi industri membawa banyak inovasi, dampak buruknya terhadap iklim mulai terlihat jelas.
Selain itu, urbanisasi yang terjadi selama revolusi industri juga berkontribusi terhadap krisis iklim global. Pindahnya masyarakat dari pedesaan ke kota menyebabkan peningkatan kebutuhan akan perumahan dan infrastruktur. Pembangunan infrastruktur ini sering kali mengurangi ruang hijau dan mengarah pada penebangan hutan, yang pada gilirannya menurunkan kapasitas alam untuk menyerap emisi karbon. Hutan yang sebelumnya berfungsi sebagai paru-paru bumi, menjadi semakin terbatas, sehingga semakin memperburuk situasi iklim.
Sebagai tindak lanjut dari pengaruh revolusi industri terhadap emisi karbon dan polusi awal, muncul kesadaran di kalangan ilmuwan dan aktivis lingkungan akan perlunya tindakan untuk memperbaiki kerusakan yang telah dilakukan. Penemuan-penemuan baru mengenai dampak negatif emisi karbon mulai diterima luas, dan perdebatan tentang perlunya pengurangan emisi menjadi semakin mendesak. Namun, perjalanan menuju kesadaran iklim yang lebih baik tidaklah mudah, mengingat banyak negara dan perusahaan yang masih tergantung pada bahan bakar fosil.