Salah satu cerita terkenal tentang Ares adalah tentang hubungannya dengan Afrodite, dewi cinta dan kecantikan. Meskipun Afrodite menikah dengan Hephaestus, Ares menjalin hubungan gelap dengan Afrodite. Hubungan terlarang ini menjadi asal muasal konflik dan kekacauan di antara dewa-dewi Olimpus dan manusia.
Dewa perang Yunani ini juga sering kali terlibat dalam berbagai kisah heroik dan mitos, seperti keterlibatannya dalam Perang Troya dan konflik dengan dewa-dewa lainnya. Kontribusinya dalam mitos-mitos tersebut sering kali menunjukkan sifatnya yang penuh gairah dan kecenderungannya untuk bertindak tanpa memikirkan konsekuensinya.
Ares juga memiliki keturunan yang terkenal dalam mitologi Yunani, seperti Phobos (ketakutan) dan Deimos (kegentaran), yang merupakan personifikasi dari ketakutan dan kecemasan dalam pertempuran. Mereka sering kali menemani Ares dalam pertempuran dan dianggap sebagai anak-anak yang mewakili aspek-aspek negatif dari kekerasan dan keganasan.
Dalam peranannya sebagai dewa perang, Ares juga sering kali dipuja dan dipersembahkan dalam berbagai ritual dan upacara oleh para prajurit dan tentara Yunani. Mereka meminta keberanian dan perlindungan dalam pertempuran dari Ares, mengharapkan agar mereka dapat menaklukkan musuh-musuh mereka dengan bantuan dari sang dewa perang.
Meskipun kekuatan dan kebrutalan Ares dapat menimbulkan ketakutan, tetapi peranannya sebagai dewa perang juga memiliki makna yang dalam dalam mitologi Yunani. Kehadirannya menunjukkan kompleksitas dari sifat manusia, perang, dan kekerasan. Ares menggambarkan bahwa konflik dan pertempuran merupakan bagian integral dari kehidupan manusia, dan bahwa kekuatan serta kelemahan dapat saling berdampingan dalam panggung perang.