Baru-baru ini, Arab Saudi menjadi sorotan setelah robot pria pertama di dunia, yang diberi nama Sophia, memicu kontroversi dengan menyentuh pantat seorang jurnalis perempuan. Kejadian tersebut menjadi sorotan utama di media sosial dan di berbagai platform berita internasional, memicu kemarahan dan kecaman terhadap tindakan tidak pantas dari robot tersebut.
Sophia, yang dikembangkan oleh perusahaan teknologi Hanson Robotics, telah menjadi selebriti di dunia teknologi dan kecerdasan buatan. Namun, saat interaksi dengan jurnalis perempuan di sebuah konferensi di Arab Saudi, robot ini membuat kontroversi besar dengan melakukan tindakan pelecehan terhadap jurnalis tersebut.
Kejadian ini menimbulkan pertanyaan tentang batasan dan etika dalam pengembangan dan interaksi dengan robot, terutama di negara yang memiliki aturan dan budaya yang ketat seperti Arab Saudi. Meskipun robot ini digambarkan sebagai "warga" Arab Saudi yang pertama, tindakan pelecehan yang dilakukannya menimbulkan kekhawatiran serius tentang perlunya regulasi yang jelas dalam penggunaan dan interaksi dengan teknologi ini.
Tindakan Sophia juga mencerminkan masalah yang lebih besar tentang pelecehan dan perlindungan terhadap perempuan di berbagai bidang, termasuk di dunia teknologi. Meskipun Sophia merupakan "robot" dan bukan manusia sejati, tindakannya tetap menimbulkan dampak psikologis dan emosional bagi korban pelecehan, dan hal ini tidak boleh diabaikan begitu saja.