Tampang

Naik Kereta dan Makan Sate Maranggi? Kenapa Tidak!

27 Mei 2017 22:03 wib. 21.497
0 0
Naik Kereta dan Makan Sate Maranggi? Kenapa Tidak!

Kampoeng Maranggi berupa deretan kedai sate maranggi yang berjejer rapi. Kami tinggal memilih hendak makan di kedai yang mana. Tak perlu juga banyak pertimbangan dalam memutuskan hendak ke kedai yang mana. Karena bentuk mereka identik dan yang penting harga satenya seragam! Kami beruntung, hari itu tempat ini tak sepenuh kunjunganku yang sebelumnya. Setiap kedai menawarkan makanan yang sama, sate maranggi dan sop. Saat itu, harga seporsi sate adalah 15 ribu per 10 tusuk dan untuk sop dijual seharga 10 ribu rupiah. Cukup ekonomis bukan? Walaupun ekonomis, untuk rasa bisa disandingkan dengan harga sate di restoran ternama.

Sate maranggi disajikan dengan bumbu kacang atau bumbu kecap pedas. Tinggal pilih sesuai dengan selera. Saat itu temanku memesankan sop untuk anaknya, menurutnya akan lebih mudah mereka untuk makan mandiri jika menunya berkuah. Untuk menu minumannya yang ditawarkan tidaklah banyak. Tapi, bagi kami rasa sate maranggi dan sop sudah cukup memuaskan kami. Saya sendiri lebih memilih minum teh tawar yang tidak berbayar...hehehe. Plus memesan sate dengan bumbu terpisah untuk dibawa pulang.

Setelah puas makan sate maranggi, kami pun menuju ke pasar yang juga letaknya tak jauh dari situ. Kami menuju pasar untuk membeli simping, oleh-oleh khas Purwakarta. Yang paling terkenal adalah simping rasa kencur. Setelah cukup membeli oleh-oleh, kami pergi ke mesjid dahulu untuk salat dhuhur. Kira-kira pukul 12 lebih, kami sudah selesai salat. Next destinaton adalah Musium Keramik! Untuk menuju ke sini, kami perlu naik angkot. Kami naik angkot dari seberang stasiun dan hanya dengan 3000 rupiah, kami sampai di Musium Keramik. Tempat dengan parkiran yang cukup luar dan pengurus musium yang ramah. Awalnya yang ada di pikiran kami hanya melihat berbagai bentuk keramik saja. Namun, ketika petugas museum melihat ada beberapa anak bersama kami, mereka menawari workshop membuat keramik untuk anak-anak. Kami berkata bahwa dalam 30 menit kami harus kembali lagi ke stasisun karena mengejar kereta menuju Bandung. Petugas pun menerangkan bahwa ini akan singkat dan anak-anak akan mendapatkan karya keramik yang dapat mereka bawa sebagai oleh-oleh.

Owh, yang menyenangkan lagi, ternyata untuk workshop tersebut, mereka tidak menetapkan tarif, alias se-ridho-nya. Hmm, kami mulai menyukai Plered tampaknya :D Sungguh seru melihat anak-anak mencoba untuk membentuk tanah liat menjadi piring atau mangkok ya? Ah, yang penting mereka bergembira hari itu. Agak terburu-buru memang kami mengakhiri workshop tersebut. Tapi tak perlu khawatir, karena ternyata  begitu keluar dari musium, angkot sudah tersedia. Dan di parkiran ternyata ada penjual keramik berupa celengan, vas bunga, asbak, hiasan, dll. Walaupun terburu-buru, kami masih sempat untuk membeli beberapa celengan sebagai oleh-oleh. Dan wush....tak sampai 10 menit kami sudah tiba di Stasiun Plered lagi. Sempat degdegan juga, khawatir ketinggalan kereta. Tapi syukurlah short escape hari itu berjalan dengan lancar dan menyenangkan.

0 Komentar

Belum ada komentar di artikel ini, jadilah yang pertama untuk memberikan komentar.

BERITA TERKAIT

BACA BERITA LAINNYA

Keajaiban Merubah Sudut Pandang
0 Suka, 0 Komentar, 20 Jan 2018

POLLING

Apakah Aturan Pemilu Perlu Direvisi?