Ketegangan antara dua kekuatan teknologi terbesar dunia, yakni China dan Amerika Serikat (AS), kembali memanas. Kali ini, bukan hanya Huawei yang menjadi sorotan karena sanksi dagang AS, tetapi sejumlah perusahaan teknologi raksasa asal China lainnya seperti Xiaomi, Oppo, Vivo, dan OnePlus juga mulai menyusun strategi untuk menghadapi kemungkinan serupa: kehilangan akses terhadap layanan Google.
Menurut laporan dari XiaomiTime, situs pemantau perkembangan Xiaomi, perusahaan tersebut tengah mengembangkan sistem operasi terbaru yang diberi nama HyperOS 3. Ini merupakan langkah besar yang mencerminkan tekad Xiaomi untuk mulai mengurangi ketergantungan terhadap Android dan Google, dua elemen penting dalam dunia smartphone saat ini.
Menariknya, Xiaomi tidak bergerak sendirian. Pengembangan HyperOS 3 melibatkan kolaborasi strategis bersama Huawei dan BBK Group, induk dari Oppo, Vivo, dan OnePlus. Informasi ini dikutip dari situs teknologi Gizchina pada Kamis, 15 Mei 2025.
Kolaborasi Besar-Besaran: China Bersatu Hadapi Ancaman Teknologi
Jika pengembangan HyperOS 3 berhasil dan diterapkan luas, maka kita berpotensi menyaksikan perubahan besar dalam peta industri smartphone global. Sistem operasi ini bisa menjadi alternatif kuat bagi Android, terutama untuk pasar China yang memang sejak lama tidak terlalu bergantung pada layanan Google karena pembatasan dari pemerintah lokal.
Langkah ini sangat mirip dengan strategi yang diambil oleh Huawei beberapa tahun lalu. Setelah dilarang sepenuhnya menggunakan Android karena sanksi dari pemerintah AS, Huawei mengembangkan sistem operasi mandiri bernama HarmonyOS. Saat itu, banyak pihak meragukan kelangsungan Huawei di pasar global, tetapi perusahaan tersebut tetap bertahan dengan membangun ekosistemnya sendiri.