Salah satu taktik penipuan yang paling umum adalah membuat listing palsu yang akan muncul ketika pengguna mencari layanan tertentu di area spesifik. Begitu pengguna menelepon nomor yang tercantum, panggilan tersebut dialihkan ke para penipu yang menyamar sebagai perwakilan bisnis tersebut. Dalam banyak kasus, penipu kemudian menawarkan harga layanan yang jauh lebih tinggi dari standar, atau bahkan meminta pembayaran sebelum layanan dilakukan, lalu menghilang begitu saja.
DeLaine Prado juga membagikan beberapa tips penting bagi pengguna agar terhindar dari jebakan bisnis palsu di Google Maps. Langkah pertama yang bisa dilakukan adalah memverifikasi keaslian informasi yang ditemukan. Jika terdapat sesuatu yang terasa janggal — seperti nomor telepon yang berbeda dari situs resmi perusahaan, atau alamat yang tidak cocok — pengguna disarankan untuk mengeceknya lebih lanjut.
“Selalu periksa URL situs yang dicantumkan dan nomor telepon yang tertera di Google Maps. Bandingkan dengan yang ada di situs resmi perusahaan atau media sosial resmi mereka. Ini langkah sederhana, tapi sangat penting untuk menghindari penipuan,” ujar DeLaine.
Selain itu, Google menyarankan untuk berhati-hati jika diminta informasi pribadi seperti nomor KTP, rekening, atau kartu kredit. Terlebih jika diminta melakukan pembayaran dengan metode tidak umum seperti transfer ke rekening pribadi atau menggunakan dompet digital tanpa bukti transaksi.
Google berkomitmen untuk terus menyempurnakan sistem keamanannya, termasuk menggunakan kecerdasan buatan dan pelaporan dari pengguna untuk mendeteksi aktivitas mencurigakan di Maps. Upaya ini menunjukkan pentingnya keterlibatan komunitas dalam menjaga ekosistem digital yang aman dan tepercaya.