TikTok, platform media sosial berbasis video yang populer di seluruh dunia, sekarang terancam akan diblokir di Amerika Serikat (AS) pada tahun mendatang. Hal ini terjadi karena pemerintah AS mengharuskan aplikasi tersebut untuk memisahkan diri dari induk perusahaannya, Bytedance, yang berbasis di China. Jika penjualan tidak terjadi, maka per 19 Januari 2025, TikTok akan menghadapi blokiran di AS.
Hal ini membuat CEO TikTok, Shou Zi Chew, bergerak cepat dengan melakukan pertemuan dengan Presiden AS, Donald Trump. Meskipun tidak ada konfirmasi langsung dari pihak TikTok, NBC News melaporkan bahwa Keduanya dijadwalkan akan bertemu di resor Ma-a Lago, Palm Beach, Florida, AS.
Pertemuan ini menimbulkan spekulasi mengenai langkah-langkah yang akan diambil oleh pemerintah AS terkait nasib TikTok. Sebelum pertemuan ini, Trump telah mengungkapkan bahwa kemenangannya dalam pemilihan presiden AS sebagian berkat dukungan dari para pengguna TikTok. Dalam sebuah konferensi pers, Trump menyatakan bahwa ia berhasil mendapatkan dukungan dari kalangan muda dengan jumlah suara yang signifikan, dan ia merujuk bahwa adanya keterlibatan TikTok mungkin ikut memengaruhi hasil pemilihan tersebut.
Namun, ini bukanlah kali pertama TikTok berhadapan dengan ancaman blokir di AS. Pada tahun 2020, ketika Trump masih menjabat sebagai presiden, ia juga pernah mencoba untuk melarang TikTok. Namun, dalam kepemimpinannya yang kedua kalinya, Trump sepertinya memiliki sudut pandang yang sedikit berbeda.