Tampang

Revolusi Piring Makan Daging Lab dan Sawah Kota Ubah Masa Depan

31 Okt 2025 09:44 wib. 73
0 0
revolusi_piring_makan_daging_lab_dan_sawah_kota_ubah_masa_depan
Sumber foto: google image

Lupakan sejenak bayangan Anda tentang makanan. Apa yang kita konsumsi hari ini mungkin terlihat kuno dalam satu dekade. Ilmuwan dan inovator berlomba menciptakan revolusi piring makan kita. Ini bukan lagi sekadar fiksi ilmiah.

Perubahan iklim, ledakan populasi, dan tuntutan keberlanjutan menjadi pendorong. Teknologi pangan (food tech) kini sektor paling panas di dunia. Tujuannya jelas: memproduksi makanan bergizi, lebih banyak, dengan dampak lingkungan minimal. Mari intip dapur masa depan yang sedang dikembangkan.

Era Baru 'Daging': Tanpa Sembelih, Tanpa Kompromi

Peternakan konvensional telah lama jadi sorotan. Praktik ini memakan banyak lahan dan hasilkan emisi gas rumah kaca. Ancaman lingkungan memicu pencarian protein alternatif yang lebih lestari. Dua "revolusi" besar kini berjalan menjawab tantangan.

Daging Nabati (Plant-Based) adalah teknologi matang. Anda mungkin pernah mendengar merek seperti Beyond Meat atau Impossible Foods. Ilmuwan berhasil "merekayasa" protein dari tumbuhan. Bahan dasarnya kacang polong atau kedelai. Ini menghasilkan tekstur, rasa, bahkan "darah" (dari zat heme nabati) yang nyaris identik. Produk ini kian populer.

Teknologi ini menawarkan alternatif protein tanpa menyembelih hewan. Permintaan daging nabati terus meningkat seiring kesadaran konsumen. Produknya mudah ditemukan global, termasuk Indonesia. Inovasi ini jembatan konsumsi lebih bertanggung jawab. Perbedaan daging tiruan dan daging kultur dijelaskan IBSI Education. (http://ibsieducation.com/berita/detail/daging-tiruan-dari-limbah-organik-tumbuhan)

Daging Kultur (Cultured Meat) benar-benar mengubah permainan. Ini daging asli, dibuat tanpa memelihara atau menyembelih hewan. Prosesnya dimulai dengan mengambil sel punca dari hewan hidup (misalnya sapi). Sel ini "diberi makan" nutrisi dalam bioreaktor. Bioreaktor mirip tangki fermentasi bir. Sel tumbuh menjadi jaringan otot alias daging.

Meski harganya masih sangat mahal, teknologi ini janjikan masa depan cerah. Daging kultur menawarkan daging asli dengan jejak karbon sangat rendah. Perkembangannya terus dimonitor berbagai pihak. Teknologi ini berpotensi besar memenuhi kebutuhan protein global. Mengenal lebih jauh cultured meat dan perkembangannya dapat dilihat di Repository Pertanian. (https://repository.pertanian.go.id/items/59011877-ee36-4a9e-bff5-1614b3769c7b)

<123>

#HOT

0 Komentar

Belum ada komentar di artikel ini, jadilah yang pertama untuk memberikan komentar.

BERITA TERKAIT

BACA BERITA LAINNYA

Pesona Wisata Paralayang di Ponorogo
0 Suka, 0 Komentar, 1 Feb 2018

POLLING

Puaskah Anda dengan Kinerja Wapres Gibran?