Kapal selam mengamati gerak patahan ini selama beberapa tahun. Untuk memenuhi tantangan ini, para peneliti menguji metode penginderaan jauh bawah laut yang inovatif, menggunakan transponder akustik aktif dan otomatik yang dapat diakses dari permukaan laut dengan mudah. Ditempatkan di dasar laut di kedua sisi patahan pada kedalaman 800 meter, transponder menggunakannya secara bergantian untuk saling menginterogasi pasangan, dan mengukur waktu pulang-pergi dari sinyal akustik di antara keduanya. Penyimpangan waktu ini kemudian diubah menjadi jarak antara transponder. Variasi jarak ini dari waktu ke waktu digunakan untuk mendeteksi pergerakan dasar laut dan deformasi jaringan transponder, dan dengan demikian menyimpulkan perpindahan patahan.
Enam bulan pertama data waktu tempuh, suhu, tekanan dan stabilitas, telah mengkonfirmasi bahwa sistem ini berkinerja baik. Setelah perhitungan, data menunjukkan tidak ada gerakan yang signifikan dari patahan yang dipantau, dalam batas resolusi jaringan. Jarak antara transponder, yang berada di antara jarak 350 dan 1700 meter, diukur dengan resolusi 1,5 sampai 2,5 mm. Oleh karena itu, segmen ini mungkin terkunci atau hampir terkunci. Terkuncinya lempeng dapat menimbulkan tekanan yang bisa memicu terjadinya gempa. Namun, diperlukan data selama beberapa tahun untuk mengkonfirmasi pengamatan ini atau menunjukkan bahwa bagian dari patahan ini memiliki perilaku yang lebih kompleks.