Tampang

Pertarungan Satelit di Orbit Rendah: Semakin Padat dan Menantang

9 Mei 2025 06:45 wib. 34
0 0
Ilustrasi satelit mengorbit Bumi.(SHUTTERSTOCK)
Sumber foto: Google

Sebagai pembanding, Amazon dengan Proyek Kuiper dan OneWeb juga mengembangkan jaringan satelit mereka, namun Starlink tetap menjadi pemimpin pasar. Selain itu, satelit LEO dapat memberikan latensi rendah yang lebih cepat dibandingkan satelit GEO, menjadikannya lebih ideal untuk kebutuhan internet cepat.

Berkembangnya Teknologi dan Pengaruhnya terhadap Persaingan

Tidak hanya sekedar soal kecepatan dan kapasitas layanan, tetapi teknologi roket yang digunakan juga menjadi faktor penting. Roket Falcon 9 milik SpaceX merupakan pionir dengan kemampuannya kembali ke Bumi setelah meluncurkan satelit. Namun, roket Falcon 9 mengalami kegagalan dalam misi pada 16 Februari 2021, saat roket gagal mendarat di kapal drone dan jatuh ke laut. Meski demikian, roket-roket dari SpaceX masih terus beroperasi dengan efisiensi tinggi, membawa satelit-satelit LEO ke orbit yang lebih rendah secara rutin.

Di sisi lain, perusahaan-perusahaan lain menghadapi tantangan untuk mencapai kapasitas peluncuran yang sama. Meskipun Amazon Kuiper dan OneWeb telah meluncurkan beberapa satelit mereka, mereka masih jauh dari kapasitas Starlink dalam hal jumlah satelit aktif di orbit.

Pencemaran Angkasa dan Risiko Tabrakan Satelit

Namun, perkembangan pesat ini membawa tantangan baru, terutama dalam hal pencemaran ruang angkasa. Satelit-satelit yang beroperasi di orbit rendah ini dapat menciptakan serpihan ruang angkasa yang berpotensi mengganggu satelit lain dan bahkan mengancam keselamatan penerbangan luar angkasa. Pada tahun 2009, terjadi tabrakan antara satelit Iridium milik AS dan satelit Kosmos milik Rusia, yang menghasilkan serpihan yang mengelilingi Bumi.

#HOT

0 Komentar

Belum ada komentar di artikel ini, jadilah yang pertama untuk memberikan komentar.

BERITA TERKAIT

BACA BERITA LAINNYA

POLLING

Dampak PPN 12% ke Rakyat, Positif atau Negatif?