Dalam dunia manajemen proyek, metode Agile dan Scrum sering digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan fleksibilitas dalam pengembangan produk. Meskipun kedua metode ini sering digunakan secara bergantian, keduanya sebenarnya memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Dalam artikel ini, kita akan mempelajari perbedaan antara metode Agile dan Scrum serta bagaimana kedua metode ini dapat diterapkan dalam manajemen proyek.
Agile: Pendekatan Berbasis Nilai
Agile merupakan kerangka kerja pengembangan perangkat lunak yang berfokus pada kolaborasi tim, respons terhadap perubahan, dan pengiriman hasil yang berharga bagi pengguna. Metode ini didasarkan pada prinsip-prinsip Manifesto Agile, yang menekankan nilai-nilai seperti individu dan interaksi lebih dari proses dan alat, produk berfungsi lebih dari dokumentasi yang lengkap, kolaborasi dengan pelanggan lebih dari negosiasi kontrak, serta respons terhadap perubahan lebih dari mengikuti rencana.
Dalam prakteknya, tim pengembangan menggunakan pendekatan iteratif dan inkremental untuk membangun produk perangkat lunak. Mereka merancang, mengembangkan, dan menguji bagian-bagian kecil dari produk secara berulang, sehingga memungkinkan mereka untuk cepat menyesuaikan diri dengan perubahan kebutuhan pelanggan atau pasar.
Scrum: Metode Manajemen Proyek Agile
Di sisi lain, Scrum adalah salah satu pendekatan spesifik dalam kerangka kerja Agile. Scrum fokus pada manajemen proyek dan pengembangan produk dengan cara yang terstruktur dan terorganisir. Dalam Scrum, proyek dibagi menjadi iterasi singkat yang disebut Sprint, yang biasanya berlangsung antara satu hingga empat minggu. Setiap Sprint dimulai dengan perencanaan dan berakhir dengan review progres serta retrospektif untuk mengevaluasi pembelajaran.