Tampang.com | Di era digital yang semakin kompleks, ancaman keamanan siber bukan lagi sesuatu yang bisa dianggap remeh. Salah satu bentuk celah paling umum dan mematikan adalah penggunaan password yang lemah, sederhana, dan mudah ditebak. Meski sudah berkali-kali diperingatkan, ternyata banyak orang—termasuk di Indonesia—masih mengandalkan kombinasi klasik seperti "123456", "admin", hingga "password" untuk mengamankan akun pribadi maupun akses ke perangkat penting.
Laporan terbaru dari Cybernews, dikutip oleh ZDNet, membongkar fakta mencengangkan: dari 200 insiden kebocoran data yang dianalisis selama satu tahun terakhir, lebih dari 19 miliar password bocor ditemukan. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa mayoritas pengguna masih menggunakan pola sandi yang rentan. Kombinasi numerik yang sangat umum seperti “1234” dan “123456” masih menempati posisi teratas daftar password yang dibobol. Bahkan, password “1234” ditemukan di 727 juta akun yang telah diretas, sementara “123456” muncul 338 juta kali.
Yang lebih mengejutkan, password "admin" yang sering kali menjadi pengaturan bawaan dari berbagai perangkat router dan sistem digital juga masih dipakai tanpa diganti. Ini menjadi ancaman serius karena password default sangat mudah diakses oleh peretas, apalagi jika perangkat tersebut terkoneksi ke jaringan rumah maupun kantor tanpa pengamanan tambahan.
Pengulangan Password: Masalah Besar Dunia Maya
Menurut Neringa Macijauskait, peneliti keamanan siber di Cybernews, masalah terbesarnya bukan hanya pada password yang lemah, tapi juga praktik penggunaan ulang password di berbagai akun. Sekitar 94% dari password yang dianalisis merupakan hasil duplikasi—digunakan berulang kali oleh pengguna untuk banyak akun berbeda. Hanya 6% yang benar-benar unik dan cukup aman.
Fenomena ini digambarkan sebagai “epidemi global” oleh para pakar keamanan siber. Sebab ketika satu akun berhasil diretas, peretas bisa dengan mudah membobol akun lainnya dengan password yang sama. Ini menjadikan data pribadi pengguna semakin rentan, apalagi jika akun tersebut terhubung ke data keuangan, dokumen penting, atau layanan digital penting lainnya.