Ketegangan dagang internasional kembali memanas, kali ini dengan efek nyata yang dirasakan oleh sejumlah raksasa bisnis dunia, termasuk Tata Consultancy Services (TCS), salah satu perusahaan IT terbesar asal India. Ancaman kebijakan tarif impor dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang selama ini hanya sebatas wacana, kini mulai berdampak secara langsung terhadap jalannya operasional dan strategi perusahaan-perusahaan multinasional.
Dalam pernyataan terbarunya, CEO TCS, K Krithivasan, mengungkapkan kekhawatiran serius bahwa sektor ritel, otomotif, hingga industri perjalanan berada dalam posisi paling rentan akibat ketidakpastian tarif yang diberlakukan pemerintah AS. Menurutnya, klien-klien TCS di sektor-sektor tersebut kini mulai mengambil langkah-langkah hati-hati sebagai antisipasi terhadap kemungkinan lonjakan beban biaya.
Ancaman Tarif yang Semakin Nyata
Kebijakan tarif impor yang diterapkan Trump bukan hanya berdampak pada China, tetapi juga mulai dirasakan secara global. Meski saat ini Trump menangguhkan pemberlakuan tarif resiprokal ke banyak negara selama 90 hari, China tetap menjadi sasaran utama dengan tarif resiprokal mencapai angka 145%. Ini tentu menciptakan ketidakpastian besar bagi pelaku usaha yang bergantung pada rantai pasok global, termasuk mereka yang memiliki keterkaitan dengan pasar Amerika.
Meskipun sejumlah produk China seperti smartphone, chip, dan komputer dikecualikan dari daftar barang yang dikenai tarif tinggi, Trump belum mengungkapkan secara pasti skema tarif baru yang akan berlaku terhadap produk-produk tersebut. Ketidakpastian ini menciptakan dilema bagi banyak perusahaan dalam mengambil keputusan strategis.
Sektor-Sektor Rawan Terpukul
Krithivasan menyoroti bahwa sektor bisnis yang bersentuhan langsung dengan konsumen, seperti perhotelan, transportasi, dan industri kendaraan bermotor, kemungkinan besar akan terdampak lebih dulu. Ketika biaya menjadi perhatian utama, langkah efisiensi dan penghematan bisa menjadi pilihan yang sulit dihindari, termasuk dalam bentuk pemotongan biaya operasional hingga pengurangan tenaga kerja.