Sebuah tim peneliti di Australia baru-baru ini mengembangkan sebuah algoritma yang mampu menggunakan rekaman video yang dialirkan dari pesawat tak berawak untuk mendeteksi hiu dan memberikan peringatan kepada penyelam, dengan dubbing (secara alami) Shark Spotter. Berdasarkan Dr. Nabin Sharma, rekan peneliti di University of Technology (UTS) di Sydney, algoritma baru ini memiliki keakuratan hingga 90% dalam membedakan hiu dari lumba-lumba, sinar, paus, dan kehidupan laut lainnya. Angka tersebut signifikan bila dibandingkan dengan akurasi sebesar 18% dari spotters manusia yang menggunakan mata telanjang mereka dari helikopter, atau tingkat 12% untuk manusia di pesawat.
Pihak dari universitas tersebut berharap agar teknologi baru akan membuat pantai menjadi lebih aman dan membantu menjaga reputasi Australia sebagai tujuan wisata dunia. Sebelum-sebelumnya, penyebaran jaring pelindung di lepas pantai timur laut negara telah menimbulkan banyak keluhan dari para pemerhati lingkungan, yang berprinsip bahwa jaring tersebut akan membahayakan margasatwa laut.