Apple diketahui masih memproduksi sekitar 90% perangkatnya di China. Ketergantungan ini menjadi kelemahan besar di tengah ketidakpastian tarif baru yang bisa memperbesar ongkos produksi dan mengurangi margin keuntungan. Untuk mengurangi dampak negatif, Apple sudah mulai memindahkan sebagian proses produksi ke India. Namun, langkah ini tentu bukan solusi jangka pendek, karena membutuhkan waktu dan investasi besar.
Tertinggal di Kompetisi AI, Siri Tak Kunjung Diperbarui
Masalah Apple tak hanya datang dari sisi produksi dan tarif. Di tengah gelombang inovasi teknologi kecerdasan buatan (AI) yang digencarkan oleh kompetitor seperti Samsung dan Google, Apple tampak masih tertinggal jauh. Pengembangan fitur AI yang diharapkan bisa memperbarui asisten virtual Siri justru tertunda hingga tahun 2026.
Bahkan, iklan promosi AI yang sempat dirilis Apple ditarik karena menampilkan fitur yang sebenarnya belum tersedia bagi pengguna. Ketertinggalan ini menimbulkan kekecewaan di kalangan konsumen dan mengurangi daya tarik Apple, terutama di pasar seperti China yang sangat kompetitif dalam hal fitur-fitur canggih.
Menurut data dari IDC, pengiriman iPhone di China pada kuartal pertama turun hingga 9%. Apple menjadi satu-satunya merek besar yang mengalami penurunan pengiriman di negara tersebut. Sebaliknya, brand lokal seperti Huawei justru terus menanjak dengan strategi agresif mereka.
India Jadi Penyelamat, iPhone 16e Dorong Penjualan Global
Meski diterpa berbagai tekanan, Apple masih bisa mencatatkan beberapa kabar baik. Salah satunya datang dari India. Berkat tingginya permintaan terhadap iPhone 16e di pasar tersebut, Apple berhasil merebut posisi puncak dalam penjualan smartphone global selama kuartal awal 2025, menurut laporan dari Counterpoint Research.
Langkah Apple merilis varian iPhone dengan harga lebih terjangkau terbukti berhasil di India dan sejumlah pasar berkembang lainnya. Ini menjadi strategi penting untuk menjaga pertumbuhan di tengah tantangan yang dihadapi di pasar premium seperti China dan AS.