Bukan hanya itu, Intel juga berencana memisahkan divisi manufaktur dari bisnis inti perancangan dan penjualan prosesor komputer. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan berada dalam kondisi yang sangat genting untuk melakukan perubahan drastis dalam upaya memperbaiki kinerja bisnisnya.
Selain itu, Intel juga terpaksa melakukan PHK besar-besaran dengan memangkas 15 ribu pekerja atau lebih dari 15% dari total tenaga kerjanya. Meskipun demikian, Intel tetap mempertahankan pabriknya, sembari menyiapkan unit internal terpisah untuk pabrik pengecoran. Hal ini merupakan langkah strategis yang diambil oleh Intel untuk memastikan kelangsungan bisnisnya di masa depan.
Namun, upaya-upaya yang dilakukan tersebut tidak mampu mengubah nasib Intel. Pada awal Desember 2024, Pat Gelsinger mengumumkan pengunduran dirinya setelah dipaksa oleh dewan direksi. Meskipun demikian, Gelsinger masih mendapatkan pesangon mencapai US$9,7 juta, cukup besar untuk seorang CEO yang meninggalkan perusahan yang tengah mengalami masa sulit.
Kondisi Intel yang terus memburuk telah membuat perusahaan ini memasuki fase yang sulit. Intel harus merespon dengan cepat agar dapat tetap bertahan di tengah persaingan yang semakin sengit di industri chip saat ini.
Inti dari cerita keruntuhan Intel adalah penolakan terhadap inovasi, kegagalan memanfaatkan momentum, serta ketidakmampuan dalam beradaptasi dengan perubahan yang cepat di industri teknologi. Semua pihak, baik internal maupun eksternal, harus bersinergi dalam mengambil langkah-langkah strategis untuk menyelamatkan Intel dari ambang kehancuran.