Respons OpenAI: Tegaskan Komitmen Non-Profit
Menanggapi gugatan Elon Musk, OpenAI tak tinggal diam. Baru-baru ini mereka mengumumkan bahwa struktur perusahaan tetap berada dalam kendali organisasi induk nirlaba. OpenAI menyatakan bahwa entitas non-profit akan tetap memiliki saham mayoritas dan memegang kendali strategis atas arah perusahaan.
Langkah ini diambil untuk menegaskan bahwa meskipun ada sisi for-profit, OpenAI masih memegang prinsip moral sebagai lembaga yang mengedepankan kepentingan global dan bertanggung jawab terhadap pengembangan AI. Namun, pernyataan ini tampaknya tidak membuat Musk puas.
Musk Tak Gentar: "Tak Ada yang Berubah"
Melalui kuasa hukumnya, Marc Toberoff, Musk menyampaikan bahwa pengumuman terbaru dari OpenAI hanyalah upaya untuk mengaburkan fakta. Ia menilai bahwa tidak ada perubahan signifikan, terutama dalam hal struktur kendali dan distribusi saham.
“OpenAI masih dikendalikan untuk keuntungan Sam Altman dan pihak korporat. Mereka hanya membungkusnya dengan narasi non-profit,” ujar Toberoff. Ia juga menyebutkan bahwa bagian penting dari pengumuman tersebut gagal menjelaskan secara rinci bagaimana pengurangan kepemilikan saham oleh entitas nirlaba akan dilakukan.
Dengan nada keras, Toberoff menekankan bahwa Musk akan terus melanjutkan gugatan hukumnya. Ini bukan sekadar sengketa hukum, melainkan perjuangan mempertahankan prinsip tentang bagaimana AI seharusnya dikembangkan dan dikontrol.
Dukungan dari Komunitas AI dan Kritikus Global
Menariknya, bukan hanya Elon Musk yang mempertanyakan arah baru OpenAI. Sejumlah tokoh penting dalam komunitas teknologi dan kecerdasan buatan juga menyuarakan kekhawatiran. Geoffrey Hinton, peraih Nobel yang sering dijuluki sebagai "bapak AI", termasuk salah satu tokoh yang mendesak regulator untuk menyelidiki dan menghentikan restrukturisasi OpenAI.
Selain itu, perusahaan besar seperti Meta juga disebut-sebut ikut dalam gelombang kritik terhadap model pengembangan AI tertutup yang dijalankan OpenAI. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar: apakah pengembangan teknologi yang begitu berpengaruh seharusnya dikuasai segelintir perusahaan dan tokoh elit?