Di balik semua ini, banyak pihak mengkritik keras kebijakan Musk selama memimpin DOGE. Ia dikenal melakukan pemangkasan besar-besaran terhadap pegawai pemerintahan, membatalkan sejumlah program federal, serta memangkas anggaran di berbagai sektor. Langkah-langkah ini menuai reaksi keras, meski Musk beralasan bahwa ia bertujuan untuk menghilangkan pemborosan dan memberantas korupsi di birokrasi.
Sebagai penasihat khusus dalam pemerintahan Trump, posisi Musk sebenarnya tidak dirancang untuk bertahan lama. The Washington Post pada awal April 2025 melaporkan bahwa pengaruh Musk di Gedung Putih mulai memudar, dan ia diprediksi hanya akan bertahan sekitar 130 hari. Bahkan menurut Politico, Trump telah memberi tahu lingkaran dalamnya bahwa Musk akan segera bergeser menjadi tokoh pendukung, dengan peran yang lebih kecil dalam beberapa pekan ke depan.
Dalam pernyataan terbarunya, Musk memang mengisyaratkan bahwa ia tidak akan sepenuhnya lepas dari DOGE. Ia mengatakan masih akan menjalankan tugas mengawasi pengeluaran negara, memastikan tidak ada lagi pemborosan atau penyalahgunaan anggaran selama masa jabatan Presiden Trump.
"Saya harus terus melanjutkan peran di DOGE sampai akhir masa jabatan Presiden. Saya akan fokus menghentikan pemborosan dan penyalahgunaan dana publik," ujar Musk.
"Namun, saya rasa cukup dengan menghabiskan waktu hanya satu hingga dua hari setiap minggunya," lanjutnya.
Pengumuman ini tentu saja membawa berbagai spekulasi baru. Banyak pihak bertanya-tanya apakah langkah ini cukup untuk menyelamatkan Tesla dari keterpurukan. Di sisi lain, keputusan Musk ini juga bisa menjadi sinyal perubahan dinamika dalam pemerintahan Trump, yang belakangan mendapat banyak tekanan terkait arah kebijakan efisiensi pemerintahannya.