“Kami tidak pernah berbagi data pengguna AS dengan pemerintah China, dan kami juga belum pernah menerima permintaan tersebut,” kata Chew di hadapan parlemen AS.
Ancaman Global Terhadap Privasi Data
Kasus ini memperkuat kekhawatiran global mengenai perlindungan data pengguna yang disimpan dan diproses oleh perusahaan teknologi besar, terutama yang memiliki afiliasi dengan negara-negara yang memiliki aturan ketat soal pengawasan digital. Banyak pihak di Eropa khawatir bahwa data warga mereka bisa digunakan untuk kepentingan politik atau keamanan oleh negara seperti China, yang memiliki undang-undang intelijen yang agresif.
Isu privasi bukan lagi soal etika, melainkan menyangkut kedaulatan digital. Negara-negara di Uni Eropa menunjukkan bahwa mereka tidak akan ragu mengambil tindakan keras terhadap perusahaan yang tidak mematuhi regulasi lokal, termasuk perusahaan sekelas TikTok yang memiliki basis pengguna ratusan juta orang di seluruh dunia.
Apa Dampaknya Bagi Pengguna TikTok di Eropa dan Dunia?
Jika TikTok tidak segera memperbaiki sistem pengelolaan datanya, pengguna di Eropa berpotensi mengalami pembatasan layanan atau penghapusan akun secara massal untuk mematuhi regulasi. Selain itu, reputasi TikTok bisa kembali tercoreng dan menghadapi tekanan serupa di negara-negara lain yang memiliki kekhawatiran serupa, seperti Amerika Serikat dan Australia.
Dampak jangka panjangnya bisa berupa penurunan kepercayaan publik, terutama terhadap cara TikTok menangani data pengguna. Dalam era digital seperti saat ini, privasi adalah aset paling berharga, dan kegagalan menjaga kepercayaan bisa menjadi titik balik yang fatal bagi perusahaan teknologi.