Dalam beberapa waktu terakhir, layanan chatbot AI-generatif semakin banyak digunakan oleh masyarakat. Meskipun demikian, ternyata perusahaan pengembangnya belum tentu meraih keuntungan dari inovasi tersebut.
Salah satunya adalah OpenAI, perusahaan di balik layanan chatbot AI populer ChatGPT. Meski layanan ini digadang-gadang sebagai pengganti Google, OpenAI mengalami kerugian.
ChatGPT sendiri telah meluncurkan layanan khusus mesin pencari yang sangat mirip dengan fungsi Google. CEO OpenAI, Sam Altman, mengungkapkan bahwa meskipun mereka telah menetapkan harga langganan sebesar US$200 (sekitar Rp 3,2 juta) per bulan untuk layanan premium ChatGPT Pro, perusahaan masih merugi. Altman menyatakan bahwa para pelanggan menggunakan layanan tersebut lebih dari yang perusahaan prediksikan.
Perusahaan merilis ChatGPT Pro menjelang akhir tahun lalu, menyediakan akses ke versi peningkatan OpenAI o1 Pro dan layanan generator video Sora secara terbatas. Meski demikian, meskipun harga langganan sudah cukup mahal, OpenAI belum mampu meraup keuntungan. Hal ini terbilang ironis mengingat OpenAI telah berhasil mengumpulkan pendanaan sekitar US$20 miliar (sekitar Rp 324 triliun) sejak awal berdiri.