Selain itu, Atlas juga memproses data browsing pengguna untuk meningkatkan kemampuan AI-nya. Meskipun OpenAI menjamin data dienkripsi, celah keamanan URL tetap membuat risiko privasi cukup tinggi. Bayangkan, jika pengguna diarahkan ke situs berbahaya, data sensitif bisa terekspos.
Dr. Rudi menekankan pentingnya kewaspadaan pengguna. “Jangan bergantung penuh pada Atlas untuk menilai keamanan situs. Selalu periksa URL, gunakan antivirus atau ekstensi keamanan tambahan, dan jangan sembarangan klik link dari email atau media sosial,” sarannya.
Untuk mengurangi risiko, pakar juga menyarankan pengguna membuka Atlas hanya untuk situs tepercaya atau melakukan sandboxing, yaitu menjalankan browser di lingkungan terisolasi agar malware tidak menjalar ke sistem utama. Selain itu, selalu perbarui browser ke versi terbaru agar patch keamanan bisa diterapkan.
Fenomena ini menegaskan satu hal: meski browser AI terdengar canggih, aspek keamanan tetap harus jadi prioritas. AI boleh pintar, tapi tanpa proteksi tradisional seperti deteksi phishing dan malware, pengguna tetap rentan.
OpenAI sendiri belum merilis tanggapan resmi, tapi komunitas berharap developer segera memperkuat keamanan Atlas. Solusi yang bisa diterapkan misalnya pemindaian URL real-time, integrasi database situs berbahaya, atau notifikasi otomatis jika pengguna mengunjungi situs mencurigakan.