"Seharusnya saat ini telah tiba untuk memecah keheningan dan menghadapi kenyataan dari apa yang saya alami. Saya telah terlalu lama memikul beban tindakannya dalam diam, takut akan penilaian atau ketidakpercayaan. Namun, tidak lagi. Keheninganku berakhir di sini, digantikan oleh tekad untuk mengungkapkan kebenaranku," jelas Nikita Mirzani.
"Bagi mereka yang mungkin meragukan atau mempertanyakan ceritaku, ketahuilah bahwa aku memiliki bukti, bukti yang bersuara lebih keras daripada kata-kata apa pun yang bisa aku ucapkan. Namun, aku memilih untuk tidak terlibat dalam pertarungan kata-kata. Sebaliknya, aku fokus pada penyembuhan dan membangun kembali hidupku," lanjut Nikita Mirzani.
Nikita Mirzani tampaknya tidak ingin hanya menyimpan penderitaan yang pernah dialaminya, melainkan ingin memberikan dukungan kepada orang-orang yang mungkin mengalami situasi serupa. Pengakuan ini pun menjadi sorotan publik dan melahirkan perdebatan di media sosial.
Berdasarkan data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, kasus kekerasan terhadap perempuan di Indonesia masih cukup tinggi. Data menunjukkan bahwa sekitar 35% perempuan mengalami kekerasan fisik atau seksual oleh pasangannya. Masih banyak pula kasus kekerasan emosional yang seringkali tidak terdeteksi.