Dimulai dengan Si Bapak yang berkata kepada sang anak yang bernama Duckie. Jika Duckie merasa kesal dan merasa marah...ingatlah bahwa dia jauh lebih beruntung dari pada orang lainnya. Mengapa? Karena banyak orang-orang yang jauh lebih tidak beruntung dibandingkan dengan Duckie.
Beruntunglah Duckie tidak bekerja di tempat yang bernama Bunglebung Bridge, karena orang-orang yang bekerja di sana harus menghadapi masalah di setiap menitnya. Beruntung juga Duckie tidak tinggal sebuah tempat yang di sana sungguh padat lalu lintasnya. Duckie juga beruntung tidak tinggal di rumah yang toiletnya jauh di atas lantai ke sekian....Terbayang bagaimana jadinya jika ia tiba-tiba ingin buang air dan sungguh jauh letak toiletnya. Buku itu juga amsih menggambarkan betapa Duckie lebih beruntung dibandingkan dengan orang lainnya. Namun, uniknya penulis yang satu ini, Dr. Seuss berhasil membawakan buku (motivasi) anak ini ke dalam dunia imajinatif! Berbagai nasihat hidup disajikan dengan sangat halus dan menarik.
Jika kalian pernah merasakan hal seperti disebutkan di atas, jadi lebih terbayang juga betapa setiap keadaan adalah untuk disyukuri. Betapa apa yang kita tidak disukai mungkin adalah sebuah keadaan yang diinginkan oleh oranglain. Betapa ketika kita merasa ‘sedih’ pada suatu keadaan, keadaan orang lain banyak yang lebih menyedihkan lagi. Ada juga sebuah kisah mengenai seseorang yang begitu menginginkan sepasang sepatu baru sedangkan sepatu lamanya masih bisa dipakai. Ia sungguh merasa malang karena tidak bisa membeli sepatu baru. Sedangkan tak jauh darinya, ada seseorang yang merasa cukup dengan berjalan menggunakan sebelah sandal jepit. Bukan karena ia tak ingin alas kaki yang lebih layak, namun karena memang baru alas kaki itu yang bisa ia miliki, dan ia mencoba bersyukur dengan mengenakannya bukan mengeluhkannya.