Dulu aku pernah mendengar tentang sebuah kata bijak atau apapun namanya, “Rezeki aku selalu pas-pas-an.” Yang pernah mengucapkan kata-kata tersebut adalah seorang pamanku. Dulu aku bingung mengapa rezeki pas-pas-an tapi kok paman mengucapkannya dengan ekspresi yang sama sekali tidak menunjukkan rasa sedih atau susah. Bahkan dia mengatakannya dengan riang. Kala itu yang kudengar selanjutnya adalah...ketika ada anak butuh uang sekolah, eh pas ada uang bonus kantor, pas anak tertuanya butuh uang untuk daftar wisuda, eh pas ada uang bagi hasil dari koperasi, dan seterusnya. Kala itu aku tidak tertarik mendengar kelanjutan obrolan ‘orang-orang tua’ dengan topik keuangan.
Baru belakangan ini aku teringat obrolan itu karena aku dan orang-orang terdekatku mengalaminya sendiri! Sungguh terasa ketika salah satu saudaraku sakit dan mengharuskan ia untuk dirawat, sempat panik. Mengapa panik? Karena jelas-jelas ia sedang tidak mempunyai pekerjaan. Dari mana biayanya rumah sakit? Singkat cerita, akhirnya ia dirawat. Awalnya aku tak tahu darimana saudaraku itu memiliki biaya untuk rumah sakit, karena kutahu biaya yang dibutuhkan tidaklah sedikit. Dari cerita saudaraku itu, terbayang, betapa Allah sudah mengatur rezeki setiap hambanya bahkan dari sumber yang mungkin tidak kita duga. Aku jadi tahu, ternyata, kira-kira 2 minggu sebelum ia sakit, berawal dari obrolan ibunya dengan salah seorang tetangga di sebuah kedai bakso, ibunya kemudian mendaftarkan saudaraku itu pada program kesehatan pemerintah. Beruntungnya, saat itu sang ibu memiliki fotokopi KTP saudaraku tersebut.